GBOWIN – Monolog di Dalam Kepala yang Lelah
GBOWIN – Monolog di Dalam Kepala yang Lelah
Blog Article
Karakter:
-
AKU – manusia biasa, berumur 30-an, sedang lelah menjalani hidup.
-
GBOWIN – suara dari dalam kepala, misterius, menggoda, seperti operator game dan filsuf di saat bersamaan.
-
CCTV – benda mati yang berbicara seperti penonton pasif.
[Lampu menyala samar. AKU duduk di kursi kosong, memegang ponsel.]
AKU:
Apa kabar, dunia?
Hari ini aku bangun, kerja, diam, pura-pura baik-baik saja.
Seperti biasa.
Tapi… kenapa aku buka aplikasi itu lagi?
Kenapa aku GBOWIN login lagi?
GBOWIN (suara tanpa wujud):
Karena aku satu-satunya tempat di mana kamu boleh salah dan tidak dimarahi.
Di sini, gagal adalah opsi.
Ulang adalah fitur.
Menang? Bonus.
AKU:
Tapi kamu cuma... situs.
GBOWIN:
Dan kamu cuma... manusia.
Kita sama. Sama-sama dioperasikan oleh sistem yang tak kita buat.
[CCTV berkedip.]
CCTV:
Dia login lagi. Seperti kemarin. Dan kemarinnya lagi.
Tapi lihat... matanya berbeda. Kali ini tidak berharap. Hanya ingin hadir.
AKU:
Aku bosan jadi angka di laporan mingguan.
Di sini... aku bukan pegawai. Aku pemain.
GBOWIN:
Dan kamu suka menjadi pemain, kan?
Karena kamu bebas memilih.
Karena kamu rindu merasa bisa mengendalikan sesuatu.
[AKU berdiri, memutar kursi.]
AKU:
Kalau aku menang, apa hidupku berubah?
GBOWIN:
Tidak.
Tapi kamu akan tertawa. Dan itu cukup.
Manusia tidak butuh perubahan besar. Hanya butuh jeda dari kenyataan yang terlalu keras.
[CCTV mati. Sunyi.]
AKU (lirih):
Besok... aku login lagi?
GBOWIN:
Bukan soal login atau tidak.
Tapi soal kamu masih percaya bahwa “coba lagi” adalah bentuk paling jujur dari harapan.
[Lampu padam. Suara GBOWIN perlahan memudar.]
“Selamat datang kembali. Hari ini kamu mungkin beruntung.”
Penutup:
GBOWIN dalam naskah ini bukan sekadar situs. Ia adalah personifikasi dari ruang aman psikologis yang dicari manusia modern — ruang antara kenyataan dan imajinasi, di mana mencoba bukan kesalahan, dan gagal bukan aib.
Report this page